A. Pengertian Pendapatan Nasional
Menurut lipsey dan steiner mendefinisikan pendapatan nasional sebagai nilai dari seluruh produk yang dihasilkan oleh seluruh pelaku ekonomi dalam suatu Negara dalam satu tahun. Nilai yan dimaksud dalam perhitungan pendapatan nasional adalah nilai jual, dengan sendirinya termasuk pajak yang timbul atas transaksi penjualan barang atau jasa tersebut. Pendapatan nasional dapat juga disebut dengan produk nasional. Produk nasional mengindikasikan nilai jual dari seluruh produk yang dihasilkan, sedangkan pendapatan nasional mengindikasikan jumlah yang dibayarkan oleh seluruh pelaku ekonomi untuk menhasilkan produk tersebut. Sedangkan menurut badan pusat statistic (BPS) pendapatan nasional adalah pendapatan bersih seluruh warga negara dari suatu Negara dalam satu tahun. (Pusdiklatwas BPKP, 2007)
Pendapatan nasional atau produk nasional adalah istilah yang menerangkan tentang nilai barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh suatu negara dalam suatu tahun tertentu. Dalam konsep pendapatan nasional dikenal istilah produk nasional bruto (PNB) yaitu seluruh produk yang dihasilkan oleh faktor-faktor produksi milik warga negara dalam suatu tahun tertentu dan Produk Domestik Bruto (PDB) yaitu seluruh produk yang dihasilkan oleh faktor-faktor produksi baik milik warga negara maupun orang asing dalam suatu negara pada suatu tahun tertentu. Dengan semakin terbukanya situasi perekonomian dunia, maka konsep PDB lebih umum dipakai dalam penghitungan pendapatan nasional. (Sadono Sukirno, 2004)
B. Pendekatan dalam Perhitungan Pendapatan Nasional
1. Pendekatan produksi
Pendekatan hasil produksi atau product approach. Cara menghitung pendapatan nasional dengan pendekatan ini adalah dengan cara mengumpulkan data tentang hasil akhir barang-barang dan jasa-jasa untuk suatu periode tertentu dari semua unit-unit produksi yang menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa tersebut. Semua nilai hasil akhir barang-barang dan jasa-jasa tersebut dijumlahkan.
2. Pendekatan pendapatan
Perhitungan pendapatan nasional dengan cara ini menghitung pendapatan nasional dari pendekatan pengembalian atas faktor produksi yang dimiliki masyarakat dalam bentuk seperti upah, sewa, bunga dan keuntungan.
Perhitungannya sebagai berikut :
NI = upah + sewa + bunga + keuntungan
NNP = NI + pajak tidak langsung
GNP = NNP + Depresiasi
Hal yang perlu diingat dalam pendekatan ini adalah bahwa bunga yang digunakan adalah bunga neto, yaitu bunga atas pinjaman yang digunakan untuk kegiatan yang produktif. Bunga atas pinjaman yang bersifat konsumtif seperti bunga atas kredit kendaraan pribadi dan pinjaman pemerintah yang kerap kali digunakan untuk tujuan lain seperti subsidi dan membayar pensiun pegawai tidak diperhitungkan dalam pendapatan nasional.
3. Pendekatan pengeluaran
Cara ini dilakukan dengan menghitung besarnya pendapatan nasional dengan menjumlahkan seluruh pengeluaran yang dilakukan oleh keempat sektor dalam perekonomian yaitu sektor konsumen, sektor perusahaan, sektor pemerintah dan sektor perdagangan luar negeri. Pendekatan pengeluaran disebut juga pendekatan penggunaan atau end-use approach atau penggunaan akhir dari pendapatan nasional, yaitu apakah untuk konsumsi, untuk investasi, untuk kebutuhan pemerintah ataukah untuk dipasarkan keluar negeri. (Sadono Sukirno, 2004)
Kelemahan dari perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan ini adalah adanya kemungkinan untuk terjadinya perhitungan ganda. Perhitungan ganda terjadi karena suatu barang sering kali sebelum menjadi barang jadi harus mengalami beberapa kali proses produksi. Akibatnya barang tersebut diperjualbelikan beberapa kali di pasar sebelum barang tersebut selesai diproduksi. Untuk perhitungan dengan cara ini perlu diingat bahwa pengeluaran/konsumsi baik yang dilakukan oleh konsumen rumah tangga maupun pemerintah dalam bentuk investasi seperti membeli asuransi, mengirim uang ke orang tua (rumah tangga) dan pengeluaran untuk pembangunan infrastruktur, subsidi, pemberian beasiswa (pemerintah) tidak diikut-sertakan dalam perhitungan di atas karena pengeluaran tersebut bukanlah untuk membeli barang dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian.
Dari ketiga model pendekatan tersebut, pendekatan pengeluaran merupakan model yang paling sering dipakai untuk mengukur tingkat pendapatan nasional suatu negara. Dengan pendekatan pengeluaran dapat diketahui tingkat kegiatan ekonomi, yaitu sampai di mana kompleksnya permasalahan ekonomi yang dihadapi atau seberapa tinggi prestasi perekonomian yang dicapai.
C. Hierarki Perhitungan Pendapatan Nasional
Ada beberapa istilah yang berhubungan dengan pendapatan nasional yaitu Gross Domestic Product (GDP), Gross National Product (GNP) dan Net National Product (NNP).
1. PDB/GDB (Produk Domestik Bruto)
· Konsep
PDB adalah total produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh semua warga Negara yang berada di Negara tersebut baik warga Negara asli maupun warga Negara asing (akan tetapi tidak termasuk barang dan jasa yang dihasilkan warga Negara tersebut di Negara lain). Atau PDB dalam Bahasa Inggris Disebut Dengan GDP (Gross Domestic Product) adalah jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu Negara selama satu tahun. Dalam perhitungannya, termasuk juga hasil produksi dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi diwilayah yang bersangkutan. SehinggaGDP diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang diproduksi di dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu (biasanya per tahun). GDP berbeda dari produk nasional bruto karena memasukkan pendapatan faktor produksi dari luar negeri yang bekerja di negara tersebut. Sehingga GDP hanya menghitung total produksi dari suatu negara tanpa memperhitungkan apakah produksi itu dilakukan dengan memakai faktor produksi dalam negeri atau tidak. GDP Nominal (atau disebut GDP Atas Dasar Harga Berlaku) merujuk kepada nilai GDP tanpa memperhatikan pengaruh harga. Sedangkan GDP riil (atau disebut GDP Atas Dasar Harga Konstan) mengoreksi angka GDP nominal dengan memasukkan pengaruh dari harga. Secara teori, GDP dengan pendekatan pengeluaran dan pendapatan harus menghasilkan angka yang sama. Namun karena dalam praktek menghitung GDP dengan pendekatan pendapatan sulit dilakukan, maka yang sering digunakan adalah dengan pendekatan pengeluaran. Produk domestik bruto ini digunakan untuk pengeluaran konsumsi, pembentukan modal, dan ekspor. Konsumsi dibedakan lagi menjadi konsumsi pemerintahan dan konsumsi rumah tangga. Ada dua cara untuk melihat statistik ini yaitu melihat GDP sebagai pendapatan total dari setiap orang di dalam perekonomian dan GDP sebagai pengeluaran total atas output barang dan jasa dalam perekonomian (Mankiw, 2003).
PDB adalah total produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh semua warga Negara yang berada di Negara tersebut baik warga Negara asli maupun warga Negara asing (akan tetapi tidak termasuk barang dan jasa yang dihasilkan warga Negara tersebut di Negara lain). Atau PDB dalam Bahasa Inggris Disebut Dengan GDP (Gross Domestic Product) adalah jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu Negara selama satu tahun. Dalam perhitungannya, termasuk juga hasil produksi dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi diwilayah yang bersangkutan. SehinggaGDP diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang diproduksi di dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu (biasanya per tahun). GDP berbeda dari produk nasional bruto karena memasukkan pendapatan faktor produksi dari luar negeri yang bekerja di negara tersebut. Sehingga GDP hanya menghitung total produksi dari suatu negara tanpa memperhitungkan apakah produksi itu dilakukan dengan memakai faktor produksi dalam negeri atau tidak. GDP Nominal (atau disebut GDP Atas Dasar Harga Berlaku) merujuk kepada nilai GDP tanpa memperhatikan pengaruh harga. Sedangkan GDP riil (atau disebut GDP Atas Dasar Harga Konstan) mengoreksi angka GDP nominal dengan memasukkan pengaruh dari harga. Secara teori, GDP dengan pendekatan pengeluaran dan pendapatan harus menghasilkan angka yang sama. Namun karena dalam praktek menghitung GDP dengan pendekatan pendapatan sulit dilakukan, maka yang sering digunakan adalah dengan pendekatan pengeluaran. Produk domestik bruto ini digunakan untuk pengeluaran konsumsi, pembentukan modal, dan ekspor. Konsumsi dibedakan lagi menjadi konsumsi pemerintahan dan konsumsi rumah tangga. Ada dua cara untuk melihat statistik ini yaitu melihat GDP sebagai pendapatan total dari setiap orang di dalam perekonomian dan GDP sebagai pengeluaran total atas output barang dan jasa dalam perekonomian (Mankiw, 2003).
· Komponen GDP
Berdasarkan GDP sebagai pengeluaran total atas output barang dan jasa dalam perekonomian, maka GDP dibagi menjadi empat kelompok pengeluaran, yaitu: konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan ekspor bersih, maka:
GDP = CON + INV + GEX + NX
GDP adalah jumlah konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan ekspor bersih. Konsumsi (CON) adalah seluruh barang dan jasa yang dibeli rumah tangga. Investasi (INV) adalah barang-barang yang dibeli untuk penggunaan masa yang akan datang. Pengeluaran pemerintah (GEX) adalah barang dan jasa yang dibeli oleh pemerintah pusat dan daerah. Ekspor netto (NX) adalah nilai barang dan jasa yang diekspor ke negara lain dikurangi nilai barang dan jasa yang diimpor dari negara lain.
Formula GDP
GDP (Gross Domestic product) dihitung dengan cara menjumlahkan semua hasil dari warga negara yang bersangkutan di dalam negeri ditambah warga negara asing yang bekerja di negara yang bersangkutan. GDP dapat dihitung dengan memakai dua pendekatan, yaitu pendekatan pengeluaran dan pendekatan pendapatan.
Rumus umum untuk GDP dengan pendekatan pengeluaran adalah :
GDP = konsumsi + investasi + pengeluaran pemerintah + ekspor – impor
Y=C+I+G+(X-M)
Y= GDB (Pendapatan Nasional)
C= Pengeluaran Konsumsi
I= Pengeluaran Investasi
X-M= Ekspor Netto
Y= GDB (Pendapatan Nasional)
C= Pengeluaran Konsumsi
I= Pengeluaran Investasi
X-M= Ekspor Netto
Fungsi Konsumsi
C= a + bYd
Yd= Y-Tx+Tr
a= Besarnya konsumsi minimum (konsumsi Otonom)
b= Perubahan konsumsi sebagai akibat adanya perubahan Yd
Tx= Tax Revenous
C= a + bYd
Yd= Y-Tx+Tr
a= Besarnya konsumsi minimum (konsumsi Otonom)
b= Perubahan konsumsi sebagai akibat adanya perubahan Yd
Tx= Tax Revenous
Fungsi Tabungan:
S = Yd – C
S = Yd – (a + bYd
S = Yd – a – bYd
S = Yd – bYd-a
S = Yd – C
S = Yd – (a + bYd
S = Yd – a – bYd
S = Yd – bYd-a
S= -a +(1-b)Yd
-a = Dissaving (utang)
Rumus umum untuk GDP dengan pendekatan pendapatan menghitung pendapatan yang diterima faktor produksi:
GDP = sewa + upah + bunga + laba
Di mana sewa adalah pendapatan pemilik faktor produksi tetap seperti tanah, upah untuk tenaga kerja, bunga untuk pemilik modal, dan laba untuk pengusaha.
GDP = sewa + upah + bunga + laba
Di mana sewa adalah pendapatan pemilik faktor produksi tetap seperti tanah, upah untuk tenaga kerja, bunga untuk pemilik modal, dan laba untuk pengusaha.
Keseimbangan pendapatan nasional adalah suatu keadaan di mana keinginan masyarakat untuk melakukan perbelanjaan yang digambarkan oleh pengeluaran agregat atau permintaan agregat adalah sama dengan penawaran agregat yaitu keinginan para pengusaha untuk memproduksi barang dan jasa. Keseimbangan Pendapatan Nasional terjadi ketika pengeluaran agregat sama dengan penawaran agregat atau AE=C+I+G+X-M. Selain itu Keseimbangan pendapatan nasional juga dapat dicari dengan pendekatan bocoran dan suntikan aliran dana dalam pendapatan nasional. Keseimbangan terjadi ketika bocoran dalam pendapatan nasional yang terdiri dari: Saving(S), Tax (T) dan Impor (M) sama dengan suntikan yang terdiri dari: Investasi (I), Pengeluaran pemerintah (G) dan Ekspor (X) (Sadono Sukirno, 2004)
· Contoh Perhitungan GDP
Contoh soal 1 : Pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 54.600,3. pengeluaran konsumsi pemerintah 11.423,7. pembentukan modal tetap domestik bruto 19.613,5. perubahan stock 8.851,1. Ekspor barang dan jasa 21.764,7. Impor barang dan jasa 20.186,9. Berapa produk domestik bruto?
Diketahui: C = 54.600,3
G = 11.423,7
I = 19.613,5+8.851,1= 28.464,6
X = 21.764,7
M = 20.186,9
Ditanya: Y?
Jawab: Y = C+I+G+(X-M)
Y = 54.600,3+28.464,6+11.423,7+(21.764,7-20.186,9)
Y = 96.066,4
(Suparmoko,2000)
Kelemahan PDB
dari pendekatan di atas adalah tidak memperhatikan aspek distribusi pendapatan. Akibatnya angka PDB per kapita kurang memberikan gambaran rinci tentang kondisi kemakmuran suatu negara. Misalnya, walaupun Amerika Serikat yang PDB perkapitanya US$ 29.080 (tahun 1997), namun negara itu masih terus bergelut dengan masalah kemiskinan dan pengangguran, terutama di kalangan warga kulit hitam ataupun pendatang (kulit berwarna). Bahkan secara absolut tampaknya jumlah penduduk miskin di Amerika serikat akan bertambah.
dari pendekatan di atas adalah tidak memperhatikan aspek distribusi pendapatan. Akibatnya angka PDB per kapita kurang memberikan gambaran rinci tentang kondisi kemakmuran suatu negara. Misalnya, walaupun Amerika Serikat yang PDB perkapitanya US$ 29.080 (tahun 1997), namun negara itu masih terus bergelut dengan masalah kemiskinan dan pengangguran, terutama di kalangan warga kulit hitam ataupun pendatang (kulit berwarna). Bahkan secara absolut tampaknya jumlah penduduk miskin di Amerika serikat akan bertambah.
Faktor utama pemicu gejala di atas adalah masalah distribusi pendapatan.
Walaupun distribusi pendapatan di USA relatif baik, tetapi belum sempurna untuk membuat seluruh penduduknya menjadi makmur. Bahkan untuk faktor produksi non tenaga kerja, terutama uang dan modal, distribusi penguasaannya sangat buruk. Pada tahun 1996, sekitar 46% aset finansial dikuasai hanya oleh sekitar 1% penduduk.
Sumber :
http://jausaja.wordpress.com/2011/04/08/masalah-dan-keterbatasan-perhitungan-pdb/
http://chachamaricha22.blogspot.com/2012/08/pendapatan-nasional.html?m=1
http://id.wikipedia.org/wiki/Pendapatan_nasional
http://chachamaricha22.blogspot.com/2012/08/pendapatan-nasional.html?m=1
http://id.wikipedia.org/wiki/Pendapatan_nasional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar